Beranda > Sistem Lembaga Keuangan > BI Mulai Kehilangan Wibawa

BI Mulai Kehilangan Wibawa

Sejak kasus Century merebak, wibawa BI sebagai bank sentral mulai diragukan lantaran lemah dalam melakukan fungsi pengawasan. Karena itu, melalui pemilihan gubernur baru Bank Indonesia (BI) yang diperkirakan pada awal Maret mendatang, BI harus segera membenahi kinerjanya.

Demikian dikemukakannya anggota Komisi XI DPR-RI dari Fraksi PDIP Arief Budimanta di sela diskusi mengenai gubernur BI yang baru yang diadakan Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) di Jakarta, Selasa (23/2).

Dia mengatakan, degradasi kewibawaan BI itu terlihat dari ketidakefektifan kebijakan yang dikeluarkannya dalam memengaruhi perbankan nasional. Dia mencontohkan, pada September 2009, pejabat gubernur BI sudah pernah mencapai kesepakatan bersama 14 bank terkait penurunan bunga komersil perbankan. Saat itu, ke-14 bank itu sepakat untuk menurunkan tingkat bunga komersial mereka hingga maksimal 3-5% di atas suku bunga acuan BI.

Namun demikian, nyatanya kesepakatan itu tidak berlanjut hingga ke tahap implementasi riilnya. Perbankan masih terlihat ogah-ogahan menurunkan bunga dengan alasan kurangnya respon dari pelaku usaha.

Menurut dia, kasus itu mengindikasikan BI sudah mulai kehilangan wibawanya. Pasalnya, kebijakan dan kesepakatan yang diltempuh BI sebagai induk perbankan nasional nyatanya tidak langsung mau diikuti anak-anaknya,

“Ini tanda bahwa bi sdh kehilangan wibawanya. Padahal sebenarnya BI memiliki kewenangan besar sebagai bank sentral,” ujarnya.
Menurut dia, tren itu terjadi lantaran integritas BI sebagai bank sentral mulai tidak teruji. Selain itu, kondisi ini diperkirakan lantaran selama ini BI belum dipimpin oleh figur yang benar-benar menguasai persoalan.

Hal itu sangat jauh dibanding kondisi di Amerika Serikat. Setiap perubahan basis poin yang ditentukan The Fed melalui penurunan suku bunga acuan mereka, langsung berpengaruh langsung ke semua bank regional bahkan hingga pergerakan saham.

Selain itu, The Fed tidak hanya terbukti mampu menjaga stabilitas inflasi dan nilai tukar mata uang, namun merambah hingga menjaga kondisi perekonomian di sektor riil.

“Sedang BI merasa menjaga inflasi sebesar 4% sebagai prestasi luar biasa. Padahal itu hal biasa karena memang sudah menjadi tugas utama bank sentral,” ujarnya.

Selain itu, BI sebagai bank sentral masih kalah jauh dibanding bank sentral di negara lain terutam dalam menjaga stabilitas harga di pasar domestik. Selain menjaga sistem moneter, stabilitas harga juga menjadi tolok ukur kinerja The Fed sebagai bank sentral AS.

Menurut dia, stabilitas harga dapat dilakukan The Fed karena bekerja bersama-sama sistem keuangan negara secara keseluruhan.
“Sementara di Indonesia, BI dan Menkeu terlihat masih bekerja sendiri-sendiri,” ujarnya

Sumber: Media Indonesia

  1. Belum ada komentar.
  1. No trackbacks yet.

Tinggalkan komentar